Gunung berapi pernah memusnahkan tamadun Pompeii

Tragedi letusan Gunung Merapi mengingatkan kita tentang bala kemusnahan yang ditimpakan ke atas kaum-kaum yang melampaui batas. Saksikan video dokumentari kemusnahan Kota Pompeii akibat lgunung berapi yang hampir 2000 tahun tidak aktif tiba-tiba meletus, atas perintah ALLAH bagi memusnahkan kaum yang melampaui batas. Tidak mustahil bagi ALLAH untuk menjadikan Gunung Jerai meletus jika penduduk Kedah ingkar dan melampaui batas. Tidak pelik jika gunung-gunung di tanah tinggi Cameron dan Genting bertukar menjadi gunung berapi, meletup jika penghuninya yang sering melakukan maksiat. Renung-renungkan…

Al-qur’an mengisahkan kepada kita bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah (sunnatullah):
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu” (QS. Al-Faathir, 35:42-43).
Begitulah, “…sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah…”. Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawan-Nya akan terkena sunatullah yang sama. Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlaq yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius.
Gunung Vesuvius adalah simbol negara Italia, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Adzab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommorah, yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii.
Di sebelah kanan gunung Vesuvius terletak kota Naples, sedangkan kota Pompeii berada di sebelah timur gunung tersebut. Lava dan debu dari letusan maha dasyat gunung tersebut yang terjadi dua milenia yang lalu membumihanguskan penduduk kota. Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser dari tempatnya.
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi; akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.
Dalam konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun?
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur’an, sebab Alqur’an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surat Yaasiin ayat 13 musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” (QS. Yaasiin, 36:29)
Di surat Al-Qamar ayat 31, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan:
“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”
Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.
Kendatipun semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik bejat di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat di mana para kaum homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup telanjang tanpa busana) tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum homoseks” di industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan hampir di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dialami kaum-kaum terdahulu.

Pemimpin yang hebat akan dikenang sebagai pemimpin hebat

Pemimpin yang benar dan adil akan tetap dikenang sebagai pemimpin yang hebat, amanah, adil dan sebagainya, sekalipun terdapat cubaan memadamkan namanya dari lipatan sejarah. Manakala pemimpin yang jahat, sesat lagi merosakkan umat, akhirnya akan dicemuh dan dibongkar segala keburukannya sekalipun cuba ditonjolkan sebagai pemimpin yang hebat pada awalnya.
Dalam sejarah tamadun dunia amnya, nama-nama tokoh pemimpin yang benar, adil dan amanah tidak banyak disenarai , atau tidak masuk dalam carta pemimpin yang hebat. Tokoh-tokoh seperti Khulafa ar-Rasyidin, Umar Abdul Aziz, Harun ar-Rasyid, Salahuddin al-Ayubi, Muhammad al-Fateh, Umar al-Mukhtar, Sultan Abdul Hamid, dan banyak lagi, tidak banyak dikenali melainkan dalam sejarah ketamdunan Islam sahaja, yang sejarahnya ditulis oleh penulis Islam sahaja.
Dunia lebih membanggakan pemimpin-pemimpin berkiblatkan Barat dan non-Muslim. Hercules, Richard the Lion Heart, Martin Luther King Jr., Ronald Reagen, Adolf Hitler, Mussolini, dan ramai lagi tokoh-tokoh yang digazet sebagai pemimpin hebat di zamannya. Walhal pada hari ini, satu persatu keburukan mereka terbongkar, dan sememangnya boleh ‘membatalkan’ nama mereka dalam senarai pemimpin hebat.
Lihat kepada Mustafa Kamal attarturk yang menjatuhkan Sultan Abdul Hamid dan meranapkan penguasaan Khalifah Islam yang berpusat di Turki. Ketika naiknya Attarturk ini, dia digembar-gembur sebagai pemimpin agung yang akan membawa pembangunan dan kemajuan kepada rakyat Turki. Sistem pemerintahan khalifah kolot, lembab dan tidak membawa kemajuan seperti majunya negara-negara barat. Dia dianggap Bapa Pemodenan Turki yang dijulang ketika itu. Umat Islam yang terpengaruh dengan sekularisme Attarturk tidak sedikit. Attarturk ini dihighlight oleh dunia sebagai pemimpin agung Turki.
Hari ini nama Attarturk semakin buruk pada kacamata umat Islam. Sejarah penggulingan khalifah Islam oleh Attarturk menyebabkan dia semakin dihina, biarpun dia telah lama mati. Keburukan-keburukan diri dan pemerintahannya semakin terbongkar. Sekalipun pendokong dan pemelihara sistem sekular Turki membina imej Attarturk dan sekularismenya, rakyat Turki sendiri pada hari ini semakin mencemuhnya.
Lihat pula pada Sultan Muhammad al-Fateh. Hampir tiada dalam lipatan sejarah dunia. Antara 10-20 tahun lalu, tanyalah sesiapa antara kita tentang sultan hebat ini, hampir tiada siapa mengenalinya. Namanya sengaja tidak dijulang sebagai pemimpin hebat kerana bimbang akan menaikkan semangat anak-anak muda Islam. Hari ini, nama pemimpin hebat itu mewarnai seminar-seminar, forum-forum dan ceramah-ceramah pembinaan jatidiri. Generasi muda Islam semakin mengenali dan menjadikannya sebagai idola, dan sudah tentu meresahkan musuh-musuh Islam.
Umar al-Mukhtar, dilabel oleh penjajah sebagai pemberontak. Namanya diburukkan sebagai pemberontak pada zamannya. Perjuangannya membela umat Islam dan tanah airnya dipadam dan diputarbelit. Dia dihukum gantung sebagai hukuman memberontak dan menentang menentang penjajah Itali. Hari ini, nama Umar al-Mukhtar diangkat sebagai wira umat Islam, pemimpin yang hebat serta tokoh yang dikagumi. Selama berpuluh tahun namanya ‘tercemar’, kini mebjadi bersih dan bersinar. Ruh perjuangannya menjadi pembakar semangat generasi umat Islam hari ini.
Dalam sejarah kemerdekaan negara kita, tokoh-tokoh kemerdekaan seperti dato Bahaman, Tok Janggut, Haji Abdul Rahman Limbong, Dr Burhanuddin al-Helmi, Pak Sako dan seangkatannya tidak sefamous Tunku Abdul Rahman dan angkatannya. Seolah-olah mereka ini tiada sumbangan. Cubaan mendiamkan sejarah mereka dengan harapan generasi muda hanya akan kenal angkatan Tunku sahaja yang berjuang untuk kemerdekaan. Hari ini, tokoh-tokoh yang namanya cuba didiamkan dari sejarah muncul semula. Pemimpin yang tidak jujur mula terbongkar segala keburukannya sekalipun sejarah ditulis menyanjung mereka.
Wahai para pemimpin, dan juga kita semua. Walau hari ini kita boleh menutup kejahatan kita terhadap orang lain ,sekalipun media kita kuasai untuk menghiasi imej kita, ingatlah suatu hari nanti akan terbongkar juga, samada sebelum, atau selepas kita mati kelak. Begitu juga dengan kebaikan yang kita lakukan, tak perlu kita war-warkan untuk menunjuk-nunjuk. Jika kita ikhlas kerana ALLAH, ALLAH akan iktiraf sekalipun seluruh manusia buta mengenainya.
Dan katakanlah: “Beramallah kamu, maka ALLAH dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
WaLLHU a’lam

Hutang saya lebih RM30,000

Beberapa hari lagi, usia saya akan bertambah. Dalam usia begini, saya sudah menanggung hutang sebanyak kurang lebih RM30,000. Itu baru satu jenis hutang, belum masuk hutang-hutang lain yang mungkin terpaksa saya berhutang. Anda bagaimana?

Ketika bergelar mahasiswa dahulu, saya berkesempatan bertemu pemimpin Pakatan Rakyat dan Barisan Nasional. Antara mereka Timbalan Menteri Pengajian Tinggi, Datuk Saifuddin Abdullah, ahli parlimen Lembah Pantai, Nurul Izzah Anwar, ahli parlimen Padang Terap, Nasir Zakaria dan timbalan menteri pelajaran, Datuk Puad Zakarshi.

Mereka ini adalah pemimpin yang kerap menyebut perihal mahasiswa dan anak muda sama ada di dalam parlimen, mahupun di pentas politik. Selain berbincang mengenai isu dan agenda mahasiswa serta anak muda, saya akan menanyakan soalan perihal Pinjaman Perbadanan Tabung Pendidikan Tinggi Nasional (PTPTN).

Soalan saya, “Kenapa anda tidak memperjuangkan untuk menghapuskan bayaran balik PTPTN apabila memerintah?”

Itu soalan cepu emas. Jika menyebut perihal pinjaman ini, sebut sahaja mahasiswa mana, pastinya akan tertekan dengan perkara yang ‘mengikat’ mereka. Bayaran balik, kadar faedah yang tidak jelas, serta isu riba yang diharamkan Islam.

Undi Pakatan

Saya terfikir, seandainya Pakatan Rakyat dalam pilihan raya umum ke-13 (PRU-13) akan datang ini, meletakkan antara salah satu daripada manifestonya kepada mahasiswa atau anak muda ialah, menghapuskan bayaran balik pinjaman PTPTN, saya kira paling kurang 90 peratus mahasiswa mengundi Pakatan.

Mungkin idea itu terlalu tinggi untuk dicapai. Memandangkan negara mengalami kemerosotan ekonomi dan beban hutang, mana mungkin untuk membayar semula pinjaman ini.
Apabila saya meneliti, PTPTN memerlukan hampir 13 bilion untuk menampung satu-satu sesi kemasukan pelajar ke IPTA mahupun IPTS. Sekurang-kurangnya, menurut statistik Kementerian Pengajian Tinggi (KPT), hampir 40 ribu mahasiswa berdaftar untuk kemasukan ijazah pertama setiap tahun di seluruh negara.
Realitinya, dengan pertumbuhan Institut Pengajian Tinggi Swasta (IPTS) yang bagaikan cendawan selepas hujan, yang kebanyakannya berorientasikan perniagaan, PTPTN mendapati peluang ini adalah paling besar untuk melabur.
Dan hakikatnya, pinjaman PTPTN boleh membenarkan sesiapa sahaja pelajar untuk meneruskan pengajian di peringkat tinggi, dengan pendapatan keluarga minimum 4 ribu ke bawah.

Pendidikan percuma

Seingat saya, gagasan pendidikan percuma mula diperjuangkan oleh Pakatan Rakyat tatkala berkempen dalam pilihan raya umum ke-12 (PRU-12) yang menyaksikan keberjayaan mereka menguasai lima buah negeri. Ini bermakna, slogan pendidikan percuma sangat relevan kepada rakyat.
Soalnya, bagaimana praktikalnya agenda ini? Jika ia dapat direalisasikan, maka idea memansuhkan bayaran semula PTPTN adalah turut termasuk dalam perjuangan ini.
Bermula hari ini, Pakatan Rakyat perlu memikirkan bagaimana mekanisme untuk memperjuangkan pendidikan percuma di peringkat pengajian tinggi. Cuba bayangkan hampir 80 peratus anak muda di IPT kesemuanya berumur 21 tahun dan keatas dan layak mengundi.
Ini bermakna, sesiapa sahaja, Pakatan Rakyat mahupun Barisan Nasional, seandainya memperjuangkannya, maka undi anak muda atau mahasiswa sudah berada di dalam genggaman.
Soalnya, Pakatan Rakyat haruslah mendahului dan segera bertindak berbincang bersama anak muda dan mahasiswa dan segera mencari jalan keluar dan penyelesaian.

Penulis adalah setiausaha agung, Gabungan Mahasiswa Islam Se-Malaysia (GAMIS) dan boleh dihubungi di aisal_daruliman@yahoo.com

Dinar Kelantan – langkah awal melawan sistem kapitalis

Heboh mengenai Dinar Kelantan yang dilancarkan oleh Kerajaan Negeri Kelantan. Ada yang sangat sokong. Ada pula yang berdiam diri. Tidak ketinggalan pula suara-suara yang cuba memperlekeh. Terdapat juga suara-suara yang mahu dikaji mengikut peruntukan undang-undang dan Bank Negara Malaysia.
Semua orang tahu nilai emas. Dari orang purbakala, hingga orang-orang modenkala, semua pasti memandang tinggi nilai emas. Harga emas yang stabil menjadikan kuasa-kuasa hebat ekonomi suatu ketika dahulu menggunakan emas sebagai matawang dan bahan tukaran barang.

Alkisahnya, selepas pelancaran Dinar Kelantan, timbul suara-suara memperlekeh dan tidak bersetuju dan mahu membawa kepada klarifikasi undang-undang. Katanya, kerajaan negeri tiada hak untuk mengeluarkan matawang sendiri. Namun dijawab balas, Dinar Kelantan bukanlah matawang jika diikut nas-nas qat’ie perlembagaan Malaysia. Dari segi syariah, ya, ia adalah matawang.

Kenapa ada pihak tidak suka dengan pelancaran Dinar Kelantan ini? Adakah ada pihak yang cemburu dengan perkembangan ini? Walhal idea ini pernah juga dicetus oleh Tun Dr Mahathir mengenai manfaat penggunaan dinar emas. Bukankah selalunya idea-idea negarawan ini dipandang tinggi oleh kerajaan pusat? Apakah jika idea yang hebat dr Dr Mahathir, jika dilaksanakan oleh kerajaan negeri Kelantan (atau negeri-negeri Pakatan Rakyat), ia mesti dicemuh dan disindir, serta perlu digagalkan?

Ekonomi dunia dikuasai oleh sistem kapitalis. Sistem kapitalis pula berada diambang kemerosotan. Negara-negara kapitalis sudah cacing kepanasan. Apakah kita negara umat Islam masih mahu bergantung dengan sistem yang sudah mahu runtuh?

Bercakap mengenai dinar emas sebagai matawang dalam negara kita, bukanlah perlu dipandang sebagai gimik politik parti tertentu. Kita perlu memandangnya sebagai suatu gerakan melawan sistem ekonomi kapitalis yang sudah sebati dalam sistem ekonomi umat manusia. Kita sedang melawan sistem gergasi kapitalis. Bukan melawan ekonomi Umno. Bukan melawan ekonomi Kerajaan Pusat. Kita bukan melawan Bank Negara. Diharapkan Umno yang menjadi tunjang kerajaan Malaysia waktu ini akan membuang segala sentimen politik sempit yang akan merugikan negara.

Cuba lihat kenyataan Dr Awang Adek ini:

“Sebaliknya beliau mengingatkan mereka yang membeli wang emas itu terdedah kepada risiko kerugian besar kerana harga emas sentiasa turun naik mengikut harga pasaran tempatan dan antarabangsa.”

“Menurut laporan Bernama, Awang Adek menasihatkan rakyat Kelantan yang mempunyai lebihan wang menyimpannya di bank-bank yang nilainya lebih terjamin dan tidak pernah diturunkan malah akan mendapat banyak faedah.

Faedah atau riba?

Lihat pula idea Tun Dr Mahathir yang dipaparkan dalam blognya Che Det:

DINAR EMAS- PANDANGAN TUN DR MAHATHIR MOHAMMAD

1. Ramai juga yang bertanya berkenaan Dinar Emas termasuk juga BBC yang mengadakan wawancara dengan saya baru-baru ini.

2. Apa yang sudah jadi kenyataan yang tidak lagi dapat dinafi oleh negara-negara di dunia ialah sistem kewangan yang ada sekarang sudah gagal untuk diguna dalam ekonomi dan dagangan baik dalam negeri atau antarabangsa.

3. Keputusan Bretton-Woods selepas Perang Dunia Kedua ialah semua matawang negara di dunia ditentukan nilainya mengikut nilai tukaran dengan matawang Amerika Syarikat.

4. Tetapi di tentukan juga yang nilai Dolar Amerika ialah sebanyak 35 Dollar untuk satu ouns emas. Ini bermakna secara tidak langsung semua matawang dinilai mengikut sekian banyak emas.

5. Di masa itu semua matawang adalah kukuh. Tetapi Britain, pada tahun 1966 telah turunkan nilai Pound British. Malaysia telah rugi banyak kerana simpanan (reserve) kita adalah dalam matawang Pound. Pada satu masa Pound yang bernilai Ringgit Malaysia 8.30 telah turun kepada Ringgit Malaysia 3.60.

6. Kemudian Presiden Richard Nixon membuat keputusan bahawa Dollar Amerika tidak lagi terikat dengan emas. Amerika telah tolak apa yang dipanggil sebagai “Gold Standard”. Amerika juga memutuskan bahawa pasaran akan tentukan nilai Dolar Amerika.

7. Tetapi negara-negara lain masih percaya akan kekuatan ekonomi Amerika dan meneruskan ikatan nilai matawang mereka dengan Dollar.

8. Satu lagi keputusan dunia antarabangsa ialah nilai dagangan antarabangsa ditentukan dengan nilai Dollar Amerika dan bayaran juga dibuat dengan Dollar Amerika. Ini menyebabkan permintaan bagi Dollar Amerika menjadi kuat dan sekali gus menjamin nilai Dollar Amerika tidak jatuh walaupun tidak lagi diukur dengan sekian banyak emas.

9. Pada satu masa dahulu bank besar dibenarkan mencetak dan mengeluarkan “Bank Notes” sebagai wang yang sah dipergunakan. Kemudian pemerintah mengambil alih pengeluaran matawang.

10. Bank mengeluarkan pinjaman daripada modal dan deposit oleh pelanggan. Kadang-kadang jumlah pinjaman melebihi wang yang ada dalam bank. Tetapi ini dihadkan. Walaupun demikian pinjaman yang dikeluarkan kerap kali jauh lebih banyak dari had yang ditentukan.

11. Apabila pendeposit mengeluarkan simpanan mereka beramai-ramai maka bank tidak mampu untuk membayar balik kepada pendeposit kerana semua wang telah diberi pinjam bahkan lebih daripada itu. Dalam keadaan ini bank mesti di selamatkan (bail-out) oleh Kerajaan.

12. Melihat bahawa bank boleh mengeluarkan pinjaman hampir tanpa had (unlimited) maka penyangak pun merancang untuk guna duit bank yang tidak terhad ini untuk meraih keuntungan atas angin. Maka berlakulah dagangan matawang, pinjaman kepada peminjam yang keupayaan membayar tidak terjamin, penjualan pinjaman yang dikeluarkan oleh bank kepada syarikat insurans dan syarikat gadaian (mortgage company) dan lain-lain. Jumlah semua transaksi ini amat besar, bernilai berbilion dolar. Apabila ramai peminjam tidak dapat bayar hutang atau servis hutang, maka mereka yang membeli pinjaman bank dapati mereka akan rugi berbilion dolar.

13. Dan banyak lagilah penyalahgunaan sistem bank Barat yang dilakukan. Demikian Amerika dengan kekayaannya yang besar sekalipun tidak dapat menampung berbilion dolar kerugian oleh bank, syarikat, insuran, syarikat mortgage, hedge funds, merchant dan investment bank dan lain-lain.

14. Sesungguhnya sistem bank dan matawang Barat sudah gagal. Dunia harus kaji untuk menggantinya dengan sistem lain termasuk perbankan Islam dan dagangan dengan matawang khusus seperti Dinar Emas.

15. Tidak seperti duit kertas emas tetap mempunyai nilai dimana-mana dalam dunia. Dinar Emas dicadang hanya untuk menyelesaikan bayaran dagangan antarabangsa.

16. Apakah ada cukup emas dalam dunia untuk dijadikan wang antrabangsa? Sudah tentu tidak.

17. Tetapi kita tidak perlu bayar dengan dinar emas sepenuhnya. Memadai jika kita bayar cuma lebihan antara import-eksport antara dua buah negara.

18. Jika sebuah negara mengeksport 100 juta Dinar kepada sebuah negara lain dan negara itu pula mengeksport kepada negara pertama barangan atau khidmat yang bernilai 110 juta Dinar, maka bayaran yang harus dibuat oleh Bank Negara negara yang pertama hanyalah 10 juta Dinar emas. Jika tidak ada Dinar Emas yang mencukupi maka bayaran boleh dibuat kemudian dengan eksport bernilai 10 juta Dinar.

19. Kita bukan sahaja boleh ada dagangan antara dua buah negara tetapi antara beberapa buah negara. Sebenarnya bank-bank mengguna cara ini untuk menyelesaikan bayaran cheque kepada beberapa bank yang telah terima dan mengeluarkan bayaran berasas kepada cheque lain-lain bank.

20. Sudah tentu akan ada banyak masalah pada permulaan. Tetapi pakar-pakar boleh cari jalan untuk selesaikan atau atasi kelemahan sistem Dinar Emas ini.

21. Bank Negara Malaysia pernah runding dengan sebuah negara lain dan penggunaan Dinar Emas memang boleh dilaksanakan. Tetapi entah kenapa Bank Negara Malaysia tidak dapat menjayakan sistem ini.

Nampaknya Tun pun hairan dengan Bank Negara kita…

WaLLAHU a’lam

Semangat perkauman akan melahirkan gerila

Umat Islam kuat kerana bersatu atas dasar ukhuwwah Islamiyyah. Sejak zaman RasuluLLAH, hinggalah zaman kejatuhan khalifah Islam Turki Othmaniyyah, kekuatan Umat Islam disegani kawan dan digeruni lawan. Segalanya kerana keteguhan aqidah dan kekuatan ukhuwwah persaudaraan Islam.
Pada akhir zaman pemerintahan Khilafah Islam Turki Othmaniyyah, kekuatan umat Islam mulai goyah, dek kerana musuh-musuh Islam sudah mendapat formula untuk meruntuhkan kekuatan Islam.

1) merosakkah akidah umat Islam ( menjauhkan umat Islam daripada al-Quran dan as-sunnah)

2) memecah-belahkan kekuatan ukhuwwah persauddaraan Islam (dengan cara memecahkan daulah Islamiyyah kepada negara-negara kecil, negeri-negeri kecil, meniupkan semangat kenegerian dan kebangsaan, mendoktrin ideologi politik yang pelbagai dll)

Bangsa Arab hampir musnah kerana sikap perkauman yang keterlaluan. Mereka berperang sesama sendiri kerana mempertahankan ‘maruah’ seama qabilah. Kedatangan RasuluLLAH menyelamatkan mereka dengan menyatukan mereka di bawah panji-panji Islam. Mereka dipersaudarakan dengan ikatan aqidah yang satu. Mereka menjadi kuat dan Islam tersebar ke seluruh dunia.

Era kejatuhan khalifah, api perkauman ditiup oleh musuh, – bahawasanya kekuasaan Islam adalah untuk orang Arab, bukan orang Turki – menyebabkan munculnya gerila-gerila Arab yang menghuru-harakan pemerintahan Sultan Abdul Hamid, sebelum dijatuhkan oleh musuh. Mereka diajar tentang ketuanan Arab, hanya Arab paling layak mentadbir dunia Islam, bukan orang Turki.

Akibat perang dunia pertama, banyak tanah-tanah kerajaan Islam Turki Othmaniyyah di pecah-perintah kepada negara-negara kecil. Semangat kenegaraan, kenegerian dan kebangsaan ditiup. Umat Islam didoktrin dengan sikap menjaga negeri sendiri, tidak boleh mencampuri urusan negara lain sekalipun sesama Islam. Dengan itu kekuatan umat Islam mula berpecah.

Khalifah pada ketika itu menyedari gerakan musuh memecah-belahkan umat Islam. Lantas dengan pantas, khalifah mengemukanlan pelan bagi menyatukan semula ukhuwwah umat Islam yang dicarik-carikkan musuh. Salah satunya adalah pelan pembinaan landasan-landasan keretapi yang menhubungkan negara-negara umat Islam dibentang dan dilaksanakan, dengan tujuan umat Islam akan dapat kembali bersatu.

Namun api perkauman lebih kuat menyala dalam kalangan bangsa Arab. Atas slogan ‘Arab untuk Arab’, gerila-gerila Arab yang rasis inilah yang menggagalkan pembinaan projek mega landasan keretapi seluruh dunia yang dilancarkan oleh Khalifah. Landasan-landasan yang baru siap dibina turut dicungkil dan dirosakkan. Mereka mahukan Arab untuk Arab. Dari situlah akhirnya musuh mudah menggulingkan Sultan Abdul Hamid, khalifah terakhir empayar Islam, yang tegas mempertahankan tanah umat Islam daripada disabotaj Zionis.


Semangat perkauman tidak pada Arab sahaja. Semangat perkauman Melayu juga adalah agenda musuh Islam. Umat Islam di Malaysia, majoritinya adalah Melayu. Kekuatan umat Islam di Malaysia mesti dipecahkan. Melayu mesti ditiup semangat perkauman supaya kekuatan Islam tidak bertambah dengan pernyertaan kaum-kaum lain ke dalam agama Islam. Dakwah Islam hanya untuk orang Melayu. Ayat al-Quran hanya untuk Melayu. Kaum lain tidak dibenarkan membaca ayat al-Quran. Demikianlah ajaran perkauman, walhal Islam adalah untuk semua.

Semangat perkauman Melayu akhirnya akan menjatuhkan negara kepada kuasa asing jika tidak dihentikan. Lihatlah contoh empayar besar Turki. Semangat kebangsaan Arab melahirkan gerila-gerila rasis, menggagalkan cita-cita khalifah menyatupadukan umat islam atas dasar aqidah dan ukhuwwah Islamiyyah. Gerila-gerila ini bukan tentera sebenar. Mereka menyerang hendap dan pukul curi sahaja. Maka semangat perkauman melayu juga demikian. hari ini telah muncul ‘gerila-gerila politik’ seperti Perkasa. Gerila Melayu Perkasa ini menyerang dengan semangat perkauman Melayu. Mungkinkah akan muncul lagi gerila-gerila politik berasaskan perkauman ini suatu masa kelak yang akan terus mencetus rasa tidak selesa masyarakat pelbagai kaum, sedangkan kita semua mengimpikan kesatuan umat Islam di bawah satu ikatan aqidah dan ukhuwwah islamiyah, di bawah satu panji-panji Islam, sebuah negara baldatun thoyyibatun, wa Rabbun Ghafur ~

Perpaduan Parti Melayu dan Parti Islam

Sejak kebelakangan ini, timbul suara-suara untuk melihat perpaduan Parti Melayu dengan Parti Islam. Kenapa hanya Parti Melayu mahu dilihat berpadu dengan Parti Islam? Kenapa tidak timbul suara-suara yang mahukan perpaduan juga antara Parti Cina dengan Parti Islam? Parti India dengan Parti Islam? Parti Iban dengan Parti Islam? Adakah masih terdoktrin dalam minda masyarakat, bahawa Islam hanya untuk Melayu?
Parti Islam sebenarnya tidak terhad dengan keahlian Melayu semata-mata. Semua kaum dalam negara kita sangat boleh menyertai Parti Islam itu, dengan syarat beragama Islam. Maka batas perkauman tidak wujud sebenarnya dalam Parti Islam. Cuma setakat ini majoriti umat Islam dalam negara adalah berbangsa Melayu, maka ahli Parti Islam kebanyakannya Melayu. Namun Parti Islam telah membuka langkah kehadapan dengan penubuhan Dewan Himpunan Penyokongnya, yang membolehkan golongan bukan Islam mendekati perjuangan Parti Islam.
Bercakap mengenai perpaduan Parti Islam dengan Parti Melayu, ada pro dan kontranya, kerana Parti Islam dalam negara kita mempunyai ahli majoriti Melayu. Tidak perlu dibincangkan lagi bahawa jika Parti Islam dan Parti Melayu bersatu, masyarakat Melayu Islam akan mendapat manfaat yang besar. Semua orang tahu manfaatnya. Tetapi perpaduan ini sukar dicapai kerana kedua-duanya berbeza fikrah. Satunya berfikrah Islam, yang Satu lagi berfikrah Melayu.
Penyatuan dan perpaduan sesuatu kaum, organisasi atau individu, adalah hasil dari penyatuan fikrahnya. Maka perpaduan Parti Islam dengan Parti Melayu hanya dapat dicapai jika fikrah mereka disatukan. Jika diteliti dengan jiwa dan bersih serta berserta ilmu, mustahil bagi orang yang berfikrah Islam akan tunduk kepada gaya fikir Melayu. Melayulah yang kena akur dengan Islam. Malah Islam itu sendiri diturunkan bagi menyatupadukan seluruh manusia dengan fikrah yang satu, mengEsakan ALLAH. Taqwa adalah asas penyatuan seluruh manusia yang pelbagai ragam, pelbagai kefahaman, pelbagai budaya. Dari aspek ini, perpaduan Parti Islam dan Parti Melayu nampaknya begitu sukar, kerana pemain-pemain politik Melayu tetap berkeras tidak mahu tunduk kepada fikrah Islam.
Setelah ‘gagal’ untuk bersatu dengan Parti Melayu atas dasar Taqwa, mengapa Parti Islam berpusing dan bekerjasama pula dengan Parti Demokratik yang didominasi oleh kaum Cina bukan Islam, yang sudah tentu lebih tidak mengerti apa itu Taqwa berbanding Parti Melayu? Ya mereka memang tidak mengerti apa itu Taqwa, kerana mereka majoritinya bukan Islam. Fikrah mereka lebih sukar untuk tunduk kepada fikrah Islam. Namun fikrah kedua-dua parti yang berbeza ideologi ini cuba disatukan dengan fikrah ‘keadilan’.
Sama seperti Parti Islam, keahlian Parti Demokratik ini terbuka kepada semua bangsa dalam negara. Akan tetapi, ia didominasi kaum Cina, sama seperti Parti islam, didominasi kaum Melayu. Mereka cuba bersatu atas prinsip ‘keadilan’. Parti Islam menerima perpaduan ini atas dasar memperjuangkan ‘keadilan’. Bukankah keadilan itu menghampiri taqwa?
Apabila cubaan bersatu dengan Parti Melayu atas dasar Taqwa dan Adil gagal, apakah salah berpakat dengan parti lain yang tidak atas dasar taqwa, tetapi atas dasar Adil?
Firman ALLAH: “… Maka berlaku adillah, ia paling hampir kepada Taqwa”
Politik dalam Islam bukan hanya untuk menang pilihanraya, tetapi juga sebagai strategi untuk menyebarkan Islam kepada umat manusia. Jika Parti Melayu berkeras untuk tidak mahu tunduk kepada prinsip Taqwa dan Adil, maka tidak salah jika Parti Islam mengajar parti lain untuk tunduk kepada Islam, atau paling tidak, patuh kepada prinsip Adil. Ingatlah, dakwah melalui jalan perdamaian lebih berkesan daripada melalui pertelagahan. Itulah yang Parti islam cuba lakukan. Jika Melayu mengabaikan Islam, tidak mustahil, ALLAH akan memberikan Islam kepada Cina, India, Iban dan sebagainya. Ketika itu, Melayu akan jadi bangsa yang rendah martabatnya.

Bagaimana tahap keyahudian David Cameron, PM baru Britain?

David Cameron baru saja terpilih menjadi Perdana Menteri Britain yang baharu? Siapakah sebenarnya Cameron?

Cameron, anak sulung yang lahir pada 9 Oktober 1966 dari pasangan Ian Donald Cameron dan Mary Fleur Mount, di wikipedia dituliskan sebagai seorang pemeluk Kristian. Berbicara tentang keyakinannya, Cameron mengatakan: “Saya seorang Kristian, saya pergi ke gereja, saya percaya pada Tuhan. Saya fikir Gereja Inggeris dan gereja-gereja lainnya memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat.”
Namun menurut seorang sarjana Yahudi di timesonline, Cameron boleh jadi keturunan langsung dari Nabi Musa yang ertinya dihubung-hubungkan mempunyai darah Yahudi.
Para komentator politik telah lama mengetahui bahawa garis keturunan Cameron dari ayahnya adalah seorang imigran Yahudi yang menjadi pengusaha sukses.
Yaakov Wise, seorang peneliti di Universiti Manchester Pusat untuk Studi Yahudi, melacak garis keturunan Cameron dan sampai pada Elia Levita, seorang ilmuwan Yahudi terkemuka abad ke-16. Studi Dr Wise juga menunjukkan bahwa Cameron menggambarkan dirinya sebagai rakan yang sangat antusias terhadap orang-orang Yahudi.


Moyang Cameron, Emile Levita, tiba di Britani Raya dari Jerman pada tahun 1850-an dan bisnesnya meningkat dengan pesat dalam dunia perdagangan, memperoleh kewarganegaraan Britain tahun 1871 dan menjadi direktur Chartered Bank of India, Australia dan Cina, yang berbasis di London.
Levita menikahi seorang bangsawan Inggeris, dan mengirimkan empat anak laki-lakinya ke Eton, sekolah istimewa di sana. Anaknya Arthur, seorang pialang saham, menikahi Steffie Cooper, seorang kerabat Raja George III, dan hubungan Cameron dengan monarki bertahan sampai hari ini, ia adalah sepupu kelima dari Ratu Inggeris.
Dr Wise juga menelusuri garis leluhur keluarga Elia Levita, 1469-1549, tokoh penting dalam gerakan “Kristian Hebraist,” yang memelopori penelitian bahasa Ibrani dan bahasa Yiddish.
Nama Levita adalah bentuk Latin Lewi, yang bererti seorang Yahudi keturunan dari suku Lewi, anak Yaakub, dan salah satu suku dari 12 suku asli Israel. Dr Wise mengakui bahawa, bagaimanapun, koneksi Cameron terhadap Musa, sebenarnya kurang menyakinkan sebagai tesis yang agak imanjnatif historis.
Dia berkata: “Ada kemungkinan bahawa Cameron adalah keturunan langsung dari Musa atau setidak-tidaknya, sepupu. Pemimpin orang Lewi pada waktu penghijrahan dari Mesir, yang menikah dengan dua anak yang disebutkan dalam Alkitab.
“Namun, kemudian keturunannya sekarang tidak diketahui dan banyak orang Lewi hari ini, namun sering membawa nama keluarga Levy, Levitan atau Levita, bahkan boleh menjadi keturunannya.”
Dr Wise mengatakan bahawa catatan Yahudi sangat sulit untuk diikuti.
Lantas seberapa dekatkah Cameron dengan Yahudi?
Barry Edwards, seorang pesara dari Hampstead, mengatakan bahawa dia selalu memilih Konservatif, dan Cameron dianggap sebagai rakan yang masih bisa dipertimbangkan. Bahkan sebuah artikel di Ynet mengatakan bahwa Cameron bagus untuk Yahudi. Bahkan minggu ini, dalam totallyjewish, Cameron menegaskan bahawa pemerintahan di bawah Konservatif akan melindungi dan menguatkan komuniti Yahudi, sembari mengatakan pula bahawa garis keturunan Yahudinya merupakan salah satu anugerah dalam hidupnya.
Sumber: Eramuslim

Nak menang? Tengoklah sekeliling kita…

Note: Tak tau nak bagi tajuk apa…

Pilihanraya kecil Hulu Selangor dah berlalu. ‘Kekalahan’ sekutu kita dalam ‘perang’ kecil itu memberi isyarat bahawa gerak kerja kita sememangnya perlu dipertingkatkan lagi. Dalam keadaan ‘perang’ reda begini, para ahli gerakan, para pejuang kebenaran dan para daei mestilah kembali membina kekuatan sebelum tiba ‘peperangan’ seterusnya.

Parti Islam sememangnya memerlukan kader-kader yang cekal, gigih dan ikhlas berjuang bagi mengislamisasikan masyarakat, suasana serta sistem-sistem yang ada dalam negara. Sasaran yang begitu besar dan sukar itu tidak akan dapat direalisasi jika kita sendiri tidak memulakannya. Kitalah yang perlu menjadi kader-kader itu. Kitalah yang mesti menjadi daei itu.
Selaku daei dan ahli gerakan Islam, kita perlu memahami bahawa selangkah kita mengintima’ diri dalam perjuangan, maka seribu mehnah dan tribulasi akan mengarah kepada kita. Kesusahah, kesukaran, penentangan, ugutan, ketakutan, kemalasan, dan sebagainya akan terus datang sebagai ujian demi ujian bagi menapis tahap kelasakan zahir, mental, akal dan keimanan kita. Semakin tinggi darjah keimanan dan ketaqwaan seseorang, semakin tinggi pula tahap ujian yang bakal ditempuhinya. Ujian tidak akan terhenti walaupun seseorang itu sudah mencapai tahap keimanan yang tinggi. Bahkah ia akan menghadapi pula ujian yang lebih besar. Markah dan kualifikasi terhadap amalan, keimanan, kesabaran dan keikhlasannya akan diperoleh pada hari yang telah dijanjikan kepada kita semua.
Siri ujian yang kita akan hadapi adalah dari pelbagai rupa dan keadaan. Antaranya adalah tentangan dari luar, konflik dalaman, persepsi negatif masyarakat, karenah ahli gerakan yang pelbagai, konflik dengan rakan sekutu dan sebagainya. Parti Islam pasti sedang dan akan berdepan semua perkara ini. Kebijaksanaan pimpinan mengatur strategi, kepatuhan dan wala’ ahli terhadap pimpinan, keikhlasan setiap kader-kader dakwah akan menentukan mobilisasi gerakan Islam yang dipelopori oleh Parti Islam mengharungi segala ujian, mehnah dan tribulasi dalam perjuangan.
Dalam menjalani kehidupan sebagai daei, kita tidak akan terlepas daripada berdepan dengan pelbagai rupabentuk manusia di sekeliling kita. Ada yang berbentuk ‘pengipas’, ada yang menjadi ‘penampar’, ada yang cuba menjadi ‘ubat’, ada pula yang tidak mahu menjadi apa-apa. Maka para daei dan ahli gerakan Islam mestilah berdepan jenis-jenis manusia ini dengan penuh kesabaran.
Jika berdepan dengan golongan pengampu, maka bersabarlah dengan sikap mereka. Jika berdepan pula dengan golongan yang suka mengkritik, bersabarlah dengan kritikan mereka dan jadilah orang yang bijaksana dalam menerima kritikan. Jika bertemu dengan golongan yang jenis ‘ubat’, yakni orang yang sentiasa menasihati, yang menyokong kebenaran dan seumpamanya, hendaklah kita bersabar bagi menjaga hatinya agar dia tidak terbeban dengan sikap kita. Jika bertemu dengan si dungu yang keras kepala, biarkan dia dengan kepalanya yang keras, tetapi jika bertemu si dungu yang lembut hatinya, jangan pula ditinggalkan dia. Bimbangilah golongan cerdik yang berkepentingan, kerana yang kita dambakan adalah golongan cerdik yang ikhlas berjuang kerana ALLAH dan Rasul-Nya.
Sikap diri sendiri seseorang ahli gerakan Islam mestilah berbeza dengan golongan yang menentang Islam itu sendiri, samada golongan yang menentang Islam itu adalah ulama-us-su~’ (ulama jahat), pemimpin sekular, orang-orang Islam yang hasad, orang-orang munafiq, golongan kuffar, puak-puak rasis dan seangkatan dengannya. Akhlak Islamiyyah perlu kita hadam dan amalkan dalam kehidupan kita sebagai pejuang agama ALLAH.
Pasca PRU12 memperlihatkan kepada kita betapa ramainya berpusing meninggalkan parti pemerintah, menyertai parti yang belum memerintah. Tidak kurang juga yang mendaftar sebagai ahli parti Islam. Kemasukan mereka yang berfikrah lawan, pasti mewujudkan pertembungan budaya berfikir dan akhlak dalam jemaah. Mereka ini perlu dididik dan ditarbiyah dengan akhlak Islamiyyah yang syumul. Mereka perlu difahamkan dengan kefahaman jemaah dan gerakan Islam. Kita perlu bersabar dalam mentarbiyah mereka kerana sebahagian daripada mereka datang dari ‘tarbiyah’ songsang parti lama mereka.
Tarbiyah memerlukan masa yang panjang, kesungguhan dan keikhlasan. Mentarbiyah mereka adalah satu bentuk ujian dan tamrin kepada kita disamping kita juga terus-menerus mentarbiyah ahli sedia ada serta diri kita sendiri. Daei perlulah mengutamakan dakwah dan tarbiyah. Maka seseorang daei tidak wajar mengutamakan perut sendiri.
Kita mahu menang sebagaimana kemenangan Rasul semasa Fathu Makkah. Kita mahu berjaya sebagaimana Al-Fateh di Constantinople. Kemenangan yang sememangnya menang, yang tidak dipertikai dan tidak mudah digoyah. Kemenangan yang tidak masak, akan mendatangkan masalah dan fitnah kepada kita kembali. Ramuan untuk kemenangan yang gemilang adalah tarbiyah yang sempurna, yang melahirkan pemimpin yang baik, kader-kader yang baik serta ahli-ahli yang baik.
Sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik ahli akan menjadikan Parti Islam digeruni lawan, dihormati dan disegani rakan-rakan sekutu. Namun ada yang mengatakan semua ini adalah idealistik. Ya, memang idealistik semata-mata. Inilah satu-satunya perkara idealistik yang telah pun direalisasikan oleh RasuluLLAH S.A.W, Sultan Muhammad al-Fateh dan nama-nama besar di zaman mereka.
Kita juga mahukan keadaan sedemikian. Namun kita perlu sedar, pada awal gerakan Islam RasuluLLAH tidaklah idealistik sebagaimana waktu Fathul Makkah. RasuluLLAH menghadapi ujian, mehnah dan tribulasi yang sangat dahsyat. Baginda dimaki, dicerca, diugut bunuh, dikhianati, difitnah dan sebagainya. Walau dahsyat ujian ketika awal perjuangannya, baginda tidak terus menggembeling kader-kadernya ketika itu untuk melakukan ‘Fathu Makkah’, walhal baginda boleh sahaja mendoakan agar ALLAH berikan kejayaan ketika itu -boleh tercatat dalam sejarah Fathu Makkah tanpa perlu berhijrah ke Madinah. Tetapi tidak begitu. RasuluLLAH memulakan dakwah baginda dengan ketidak-idealan, merencana dakwah sehinggalah membentuk kader-kader yang terbaik, lalu ALLAH mengizinkan Fathu Makkah.
Bagaimana jika Fathu Makkah berlaku tanpa perlu melalui kesukaran dakwah, tanpa melalui peristiwa hijrah, tanpa melalui perang badar-uhud-khandak, tanpa melalui perjanjian hudaibiyah, tanpa melalui persitiwa bi’ru ma’unah, tanpa menghadapi orang-orang munafiq dan Yahudi, dan sebagainya? Ya, kesemua susah-payah onak duri perjuangan RasuluLLAH adalah tarbiyah kepada baginda dan para sahabat sebelum diberikan kemenangan yang sebenar-benarnya masak.
Dengan itu, marilah kita renung tulisan yang terpusing-pusing isi pentingnya ini. Apa yang baik ambillah pengajaran darinya. Abaikan jika tulisan ini buruk isi kandungannya, kerana kelemahan penulis mengolahnya. Mudah-mudahan sedikit catatan ini diberi ganjaran oleh ALLAH.
WaLLAHU a’lam.

Matangkah Rakyat Berpolitik?

Pasca PRU12 8 Mac 2008 yang lalu, rata-rata pemerhati politik, dan pemimpin parti-parti politik menyifatkan landskap politik negara sudah berubah. Ada yang mengakui bahawa rakyat negara kita terutama di Semenanjung Malaysia tidak mudah digula-gulakan. Ungkapan ‘rakyat sudah bijak menilai’ sering kedengaran dalam ceramah-ceramah politik, sidang media dan seumpamanya. Rakyat dikatakan telah matang dalam politik setelah 50 tahun dicengkam kuasa Barisan Nasional (BN) sebagai parti pemerintah.
Pakatan Rakyat (PR) adalah satu koalisi yang dibentuk bagi mengimbangi kuasa BN dan berjaya menguasai beberapa negeri semenanjung pasca PRU12 yang lalu. PR dan BN saling berlumba-lumba untuk mendapatkan sokongan rakyat walau ‘apa cara’ sekalipun. Sokongan rakyat yang berterusan akan menjadi kayu ukur sebenar apakah benar tsunami politik 8 Mac 2008 itu benar-benar tsunami yang menyentap BN, atau hanya sekadar rakyat menolak BN kerana marah tetapi tidak benar-benar menyukai PR. Jika demikian, apabila BN ‘pulih’, PR akan mengalami kekalahan yang teruk pada PRU13 nanti.
Biarkan seketika isu siapa bakal menang PRU13. Hakikatnya hari ini, apakah rakyat Malaysia sebenarnya telah celik politik? Atau dengan kata lain telah matang dalam berpolitik? Bagi penulis, sebenarnya rakyat Malaysia belum matang sepenuhnya. Biarlah pemimpin-pemimpin PR mencanang rakyat sudah bijak berpolitik dek kerana rakyat menyebelahi mereka. Biarlah BN berkempen semahunya yang rakyat semakin sedar untuk kembali bersama BN, kerana itu kerja mereka mengembalikan keyakinan rakyat kepada parti mereka.
Lihatlah budaya politik rakyat negara kita yang tercinta. Bagaimana mereka memilih pemimpin mereka? Bagaimana mereka memilih wakil rakyat mereka? Ada kalangan rakyat yang memilih pemimpin berdasarkan kriteria pemimpin yang berkaliber dan berpendidikan tinggi. Ada pula yang memilih pemimpin yang berjawatan besar dan banyak harta. Ada juga yang memilih berdasarkan sentuhan peribadi dan kebajikan yang dihulurkan. Tidak kurang pula yang memilih pemimpin berdasarkan warak, berakhlak dan amanah. Ramai pula yang masih mudah dibeli sokongan mereka dengan duit dan kebendaan yang ditabur.
Jika semua perkara di atas diambil kira, saya kira rakyat keseluruhannya belum matang dalam politik. Bayangkan apabila rakyat hanya mengundi seseorang calon pemimpin berdasarkan ‘adakah bila menang nanti, dia dapat betulkan atap rumah aku’, ‘bolehkan dia nanti turap jalan depan rumah aku’, ‘kalau dia menang nanti, bolehlah dia bantu kos rawatan penyakit aku’ dan seumpamanya. Apakah ini budaya matang berpolitik?
Bayangkan pula jika ada yang berfikiran ‘semua orang sokong dia, kalau aku tak sokong nanti kena boikot pula’, ‘dia ini orang tempatan, kita kena sokong dia’, ‘dia pernah jadi menteri dulu, dah ada pengalaman… rasuah sikit-sikit takde hal, tolong orang kita juga’, dan sebagainya. Matangkah cara fikir rakyat tentang politik?
Banyak lagi contoh yang kita boleh bentangkan untuk menilai tahap matang berpolitik rakuyat negara kita, sekalipun kita sudah lebih 50 tahun ‘merdeka’. Itu belum kira isu pemimpin lagi, dengan isu moral, rasuah dan politik wang, isu lompat parti, pecah amanah, tidak profesional dalam tindakan, menindas musuh politik, berdendam dan sebagainya.
Kita perlu sedar, kisah-kisah rakyat yang tidak matang dalam politik telah pun diceritakan dalam lembaran sejarah, hatta dalam al-Quran, ALLAH menceritakan bagaimana isu pemilihan pemimpin yang berlaku di zaman Nabi Daud ketika masih muda. Kisah bagaimana rakyat tidak bersetuju Thalut yang miskin dan tidak berharta dipilih menjadi pemimpin. Bagi mereka, pemimpin mestilah banyak harta. Namun ALLAH menetapkan bahawa Thalutlah yang layak menjadi raja untuk memacu kemajuan dan kekuatan berdepan dengan musuh mereka semua, iaitu Jalut dan tenteranya.
Lihatlah mentaliti kuno rakyat zaman Thalut masih dianuti sebilangan besar rakyat negara kita, hatta penyokong PR sendiri. Jika orang berharta banyak itu menjadi pemimpin, maka bolehlah rakyat bergantung harap dari harta pemimpin tersebut. Apakah tugas seseorang pemimpin itu menyuap nasi ke dalam mulut rakyatnya? Jika demikianlah mentaliti kita rakyat Malaysia, bermakna rakyat masih lagi tidak faham erti sebenar pemimpin.
Kita lihat pula kepada isu ‘orang tempatan’ yang kedengaran dalam setiap kali pilihanraya umum atau pilihanraya kecil. Sepatutnya perkara ini tidak menjadi isu. Sesiapa sahaja yang layak menjadi pemimpin, maka dialah sepatutnya dipilih. Apa guna ‘orang tempatan’ kalau kualifikasi sebagai pemimpin tidak dipenuhi. Mungkin isu orang tempatan ada juga sedikit relevannya jika pilihanraya itu dalah kerusi DUN. Tetapi relevan itu sangat sedikit. Jika pemimpin itu bagus, tidak perlu pun dia berada dalam DUN itu untuk menyalurkan khidmatnya kepada rakyat.
Bagi kerusi parlimen pula, kriteria calon yang sepatutnya sebati dalam minda rakyat, adalah pemimpin yang dipilihnya kelak mampu membawa visi dan misi membangunkan negara secara keseluruhannya. Pemimpin peringkat parlimen sepatutnya dari kalangan mereka yang mempu berbahas mempertahankan kebenaran dan mampu berhujah dalam mendepani sesuatu isu. Akibat memilih pemimpin kononnya ‘anak tempatan’, tanpa memikirkan kriteria ini, kita dapat lihat betapa ramai ahli-ahli parlimen yang membisu, dan tidur sahaja dalam dewan parlimen. Mereka hanya menyokong sesuatu usul hanya berdasarkan mereka dari parti mana, tanpa berhujah bagi kepentingan rakyat yang memilihnya. Maaflah, itu bukan pemimpin sepatutnya diperingkat parlimen! Pak cik kampung, JKKK dipilih menjadi ahli parlimen, maka membisulah dia, dan angguklah dengan usul partinya sekalipun usul menaikkan harga minyak yang membebankan orang kampungnya.
Contohilah bagaimana kebijaksanaan penduduk Madinah memilih pemimpin. kabilah Aus dan Khazraj tidak memandang kepada ‘anak tempatan’ dalam memilih pemimpin mereka. Mereka memberi taat setia kepada Nabi Muhammad S.A.W sebagai pemimpin, tidak kepada orang tempatan Abdullah bin Ubai bin Salul, yang sebelum itu diwar-warkan bakal menjadi ketua Madinah. Walhal semangat kenegerian masyarakat ketika itu sangat tinggi. Label-label orang Mekah dan orang Madinah menggambarkan betapa mereka mempunyai semangat kenegerian dan semangat ‘anak tempatan’. Tetapi pada saat Aus dan Kazraj yang sering bertelingkah, mereka memerlukan seorang pemimpin yang boleh menyatukan mereka. Mereka lebih memberi kepercayaan kepada RasuluLLAH walaupun RasuluLLAH adalah ‘orang Mekah’. Lihatlah betapa kukuhnya penyatuan ukhuwwah bukan sahaja antara Aus dan Khazraj yang sebelum itu bertelingkah, malah mereka dapat pula menerima kaum Muhajirin ‘orang-orang Mekah’
Dua tiga contoh yang dibentangkan menggambarkan minda politik rakyat masih ditahap rendah. Bukan semua, tetapi rata-rata begitu. Ingat, PR menang banyak kerusi bukan kerana rakyat faham sepenuhnya isu. BN masih mempunyai talian hayatnya jika mentaliti rakyat masih ditahap ini. Model Ekonomi Baru adalah cubaan manipulasi minda rakyat. Penguasaan media adalah senjata yang masih kuat dihunus oleh parti pemerintah dalam mendepani gelombang perubahan mentaliti politik rakyat. Sampai bila kita akan terus begini?

Berpeganglah dengan kebenaran, jangan memanjangkan pertelingkahan…

Berbeza pendapat…
Berlainan pendirian…
Berkeras dengan idea sendiri…
Bertelingkah…
Bermasam muka…
Bertikam lidah…
Bergaduh…
Boikot memboikot…
Berperang!!
Itulah lumrah manusia yang pelbagai ragam, apabila tidak disatukan ideologi dengan fikrah yang sebenar. Masing-masing keras kepala dan menganggap diri sendiri sangat betul, tanpa mempedulikan pandangan orang lain, tanpa mahu muhasabah fikrah sendiri. Aku betul, maka akulah yang betul. Peduli apa dengan orang lain! Biarlah hati puas dengan pendirian keras diri sendiri.
Dua pihak bertelagah, maka sifirnya mudah. Salah satu dari kedua-dua pihak itu pasti benar, dan pihak satu lagi semestinya salah. Atau, kedua-duanya adalah salah. Tidak mungkin kedua-duanya benar. Kebenaran hanya satu, tiada dua, tiada tiga atau empat.
Dalam ayat al-Quran, ALLAH berfirman;

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنْ الظُّلُمَتِ اِلَى النُّورِ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا اوْلِيَاؤُهُمْ الطَّغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنْ النُّورِ اِلَى الظُّلُمتِ
اُوْلئِكَ اصْحَبُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَلِدُونَ
“ALLAH adalah pelindung kepada orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari zhulumat (kegelapan) kepada nuur (cahaya). Dan orang-orang kafir (engkar) penolong-penolong mereka adalah taghut, yang ianya mengeluarkan mereka dari nuur (cahaya) kepada zhulumat (kegelapan). Mereka adalah ahli neraka, sedang mereka kekal di dalamnya”
[al-Baqarah: 257]
Dalam ayat di atas, ALLAH menggunakan perkataan nuur (cahaya) dengan bermaksud mufrad (singular), manakala zhulumat (kegelapan) adalah kata jama’ (plural) dari perkataan zhulmatun (gelap). Maka cahaya kebenaran hanyalah satu, tiada dua atau tiga. Kegelapan dan kesesatan adalah dari cabang yang banyak. Maka orang-orang beriman mestilah berwaspada agar tidak terjerumus ke lorong-lorong kesesatan yang banyak itu. Cukuplah ALLAH (al-quran) dan Rasul (as-sunnah) sebagai pelindung dari kesesatan.
Berbalik kepada isu pertelingkahan yang tidak berkesudahan antara individu dengan individu, kumpulan dengan kumpulan, parti A dengan parti B, negara itu dengan negara ini… maka penyelesaiannya adalah dengan cara masing-masing perlu akur dengan kebenaran, samada pihak yang benar ataupun salah, kedua-duanya mesti berpegang kepada prinsip kebenaran.
Dalam Islam, al-Quran dan as-sunnah adalah prinsip kebenaran yang ulung. Kedua-duanya mesti menjadi pegangan dan rujukan setiap orang yang mengaku beriman kepada ALLAH dan Rasul. Maka apakah yang mnjadi penghalang kepada kalian semua hai orang-orang beriman sehingga kamu terus menerus bertelingkah sesama sendiri, sedang musuh-musuhmu bersuka-ria dengan keadaanmu?
Contohnya dalam keadaan politik bernegara, Parti A dan Parti B kedua-duanya berbeza dasar perjuangan, walhal kedua-duanya mengaku memperjuangkan keadilan, memperjuangkan agama, bangsa dan negara. Namun kedua-dua bertelagah. Maka ketahuilah salah satu samada Parti A itu benar, Parti B itu salah, atau Parti A itu salah , Parti B itu benar. Atau pertelingkahan berlaku kerana kedua-duanya salah. Parti A salah, Parti b juga salah, dan mereka bertelingkah kerana jahil dan tidak mengetahui bahawa mereka adalah salah. Tidak mungkin kedua-dua sekali parti itu benar serentak, kerana kebenaran tidak akan berlawan dengan kebenaran. Kebenaran akan hanya menentang kebathilan, dan kebathilan juga sunnahnya akan melawan kebenaran.
Pertelingkahan dan perbalahan akan berterusan apabila prinsip kebenaran tidak dipatuhi dan tidak mahu diikuti. Pihak yang bersalah tetap mahu mengatakan pihaknya adalah benar, enggan mengaku salah. Saya pantang dicabar! Lawan tetap lawan, adalah slogan yang tidak wajar ditanam dalam jiwa pihak yang mengetahui dirinya bersalah. Tunduk kepada kebenaran adalah lebih baik daripada berbangga dengan kebathilan. Jika prinsip kebenaran tertegak dan dipatuhi, yang bersalah tidak akan segan silu mengaku salah, dan pihak yang benar tidak pula takabur dengan kebenaran. Maka terhasillah perdamaian.
Ingatlah bahawa Iblis adalah makhluk yang sangat mengetahui kebenaran, namun ia menggadaikan prinsip kebenaran kerana ego dan keangkuhan dirinya. Maka Iblis memilih untuk menentang kebenaran, dulu, kini dan selamanya. Baginya tiada istilah berdamai dengan manusia. Manusia akan terus dipecah belahkannya supaya membelakangi kebenaran. Dan orang-orang beriman hendaklah bersatu agar tidak terjerumus ke dalam perangkap iblis laknatuLLAHi ‘alaih.
WaLLAHU a’lam…